R(Reblion)
Aku
dalam sebuah realitas yang terkadang tak bisa kusadari 6 tahun aku berada di
kota yang indah tapi selalu panas dalam otak, aku mulai cinta dengan kota ini
apa yang tak kudapatkan dari desa asalku mulai kumasukan dalam catatan
kehidupanku…
Memang
mengasikan,banyak orang yang kujumpai dari yang gila sampai waras, banyak hal
yang dapat kuceritakan suatu saat nanti ketika aku pulang kampung kalau aku
mencatat sejarah di kota ini.menuntut ilmu di salah satu perguruan tinggi yang
mulai memunculkan namanya di tataran nasional. Terkadang aku benci di kampus
ini, menjumpai sistem pendidikan yang begitu menyiksaku.
Aku
yang berangkat dari titik nol, dengan pakaian sederhana dan norak, menginjakan
di Kampus Pesawat dulu begitulah julukan kampusku dan sekarang tidak karna pesawat
itu sudah dipindah tidak jauh dari kampus tercintaku. Awal ceritaku dimulai
ketika ospek kegiatan pengenalan kampus yang dibrikan oleh mahasiswa senior, dan
para dosen, di sinilah awalku mulai memberontak ,tentang apa yang diberikan
senior-seniorku, sedikit bekal untuk memberontak sudah mulai kudapatakan dari
kawan yang kujumpai saat aku masih SMA, dan dia juga kuliah di tempat yang sama
dan fakultas yang sama, dialah yang sedikit mulai membuka mataku.
Aku
mulai memberotak saat itulah aku dikenal, dan perjumpaan dengan kawan lama yang
kutemui saat SMA ku temui lagi dia juga teman sodaraku yang dia kenalkan kepadaku
dulu..
Aku
lah Sang Pemberontak baru di angkatan 2007, memberontak apa yang menurutku
salah dan mereka salah. Bengkel Senilah awal aku berada. waktu itu bukaBS,tapi
AMS, KALIPTRA, PSM, di situlah aku belajar
yang mereka belum pelajari, kawan-kawanku di AMS dan KALIPTRA memberiku
banyak memberikan supply pengetahuan seolah aku lapar akan pengtahuan. Hari
demi hari mulai kulalui dari penampilanku yang sederhana dan norak mulai
berubah karna realitas tempat dan lingkungan yang berbeda dari kampungku. Mulai
ku asyik dengan keliaran pikiranku, semakin banyak orang yang kujumpai. Itulah
salah satu momen yang mahal harganya bahkan bisa jadi tak ada nilainya.
Dari
yang norak CuPu mulai merubah sikap pembangkang, terkadang aku tak sepakat
dengan kata dosenku ataupun dengan teman-teman sekelasku pasti aku tentang..
Iya
memang aku butuh eksitensi akan keberadaanku itulah caraku. Dengan pengetahuan
yang mulai bertambah. Aku mulai menentang dari ketidakadilan yang dibuat
manusia. begitulah sedikit analisaku. Toh tetap saja akulah orang yang
sendirian menentang ketidakadilan pengetahuan, dan pastilah aku kalah mulai tersingkirkan dari teman seangkatanku
dan dosenku karna suka mendebat mereka yang kuanggap salah.
Namaku
mulai diakui di fakultas yang aku singgahi dikenal dengan Si Pembangkang yang
selalu membantah, toh ya ini memang AKU yang sudah bermutasi dari yang norak
mulai menjadi sedikit edan. Suatu ketika aku kenal dengan sebuah cita-cita yang
mulia dan sampai saat ini masih ku emban dan kumulai memncoba mengimplementasikannya.
Ruang inilah yang terus mengasah daya nalarku. Aku berterima kasih dan bahkan
aku bisa bersujud padamu, karna marhenismelah sebuah cita-cita yang mulia
sampai akhir zaman yang menurutku masih relevan.
Ku
mulai berfikir meluas tentang history dunia, filsafat yang tak ku mengerti, sejarah
nasional, politik, agama, cinta, sampai soal keberadaan Tuhan. Aku tahu sebenarnya
yang kupelajari sudah keluar dari norma kurikulum pendidikan fakultasku, tak apalah
ini dinamikaku, silahkan kritik aku, maka kan kujawab, “Mari ngopi bareng kita,
obrolkan dengan sebatang rokok ini..!” Semakin otaku mulai kacau aku mulai tak
kuat memfilternya akan agungnya pengetahuan. Satu ruang ku dapatkan lagi OR,
ruang yang ku acak-acak,menemukan banteng-banteng kecil yang lucu dan penuh
dinamika, mengasikan sedikit melesat dan mulai dinamis. Kita di sana mencoba
untuk gila dan berbeda dengan yang mereka jalankan, tak peduli apa kata mereka
ini memang jalan kita, jalan yang disepakti bersama-sama.
Waktu
mulai berajak ke senja aku mulai meninggalkan ruang-ruang yang ada di
fakultasku. Aku harus mencoba berani bertarung ke luar, menemui orang-orang
yang lebih gila lagi.
Ya
perjumpaan diawali dengan scooter antic yang kubawa, itulah perkenalan dengan
teman-teman dari salah satu perguruan tinggi lain yang ada di Malang, anarko, tukang
sablon, scooter. Dunia baru yang mulai kudapatkan. Satu setengah tahun aku
berdinamika dengan ruang baru meninggalkan realitas..
Asik,
itulah ilmu baruku. Di sini hal nyata ku dapatkan bagaimana hidup di jalaanan
dan mencari uang sendiri. Dan tasku selalu dipenuhi sebuah buku dan peralatan
bengkel, persiapan buat jaga-jaga agar Si Eneng tak rewel, itulah nama scooter
yang kuberikan, karna scooter ini milik orang Sunda. Aku sudah menganggapnya
juga teman setiaku di jalanan yang terkadang rewel karna mesinya sudah tua. Terus
berjalan, selembar kain kucat dan selalu mengotak-atik Si Eneng yang sedang
rewel.
Ada
cinta yang mulai kutinggalkan, dua tahun ku bangun penuh pengorbanan, dendam,
dinamis, dialektika cinta itu yang membuatku juga keluar dari realitasku di mana
aku dilahirkan, dia sosok pertama yang kucintai tapi aku lebih mencitai dunia
ku. Karna keputusan itu harus di akhiri, agar dia lebih bahagia, karna dunia
kita berlawanan. Tapi aku berterima kasih sudah dipertemukan dengan bidadari
yang telah mengisi hari-hariku dalam keterasingan yang kubuat sendiri,.dia mulai
tidak suka dengan isi otaku. Dia yang taat beribadah dan aku yang murtad, tidak
suka dengan penampilanku, rambut gondrong pakaian compang camping, selalu
berbicara ceplas-ceplos,.
Ya
akhirnya selesai juga perjumpaanku dengan malaikat kecilku, malaikat tak akan
bisa bersatu dengan setan,.
Terima
kasih banyak, kehadiranmu di sampingku, aku bisa merasakan sakit hati, dendam, romantic,
dinamis. Itu semua indah bukan!! ku balut dengan cinta Tuhan.
Aku
kembali ke alamku, awal aku berada, kewajiban akhirku sudah dipertanyakan oleh
kedua orang tuaku. Sedikit kata yang bisa kulontarkan untuknya, maaf, aku
sedikt terlambat tidak bisa menempati janjimu, tapi inilah caraku untuk membuat
orang tuaku bahagia, dialah yang membuatku, semakin kuat karna aku harapan
mereka aku tidak mau mengecewakannya, aku kan buktikan pada semua orang, aku
yang dianggap tak beragama, urakan, pemabuk kuliah acak acakan, pembuat onar
dan terserahlah apa kata mereka, yang jelas itu kontradiksi yang harus
dipertanyakan ulang karna mereka tak mengenal aku. Aku Sang Pemberontak kecil
mencoba mengikuti norma agar segera keluar dari realitasku. Terima kasih kawan-kawanku.
Setumpuk
buku, kopi, rokok dan segelas cinta, itulah harta yang kupunya, aku akan
melantun ke depan segera keluar dari kepenatan ini dan melesat bagai cahaya,
Komentar
Posting Komentar